
VIRAL KALTIM, KUTIM– Anak-anak muda dari Sangatta Selatan berkumpul dan membuat wadah organisasi sosial. Organisasi tanpa mahar. Jumlahnya tak banyak. Sementara hanya 5 orang. Nama organisasi tersebut ialah Gerakan Peduli Air dan Sampah (G-PAS).

G-PAS sendiri diresmikan secara senyap pada 15 November 2019. Pembentukannya pun tak mewah. Tak berkoar-koar. Pun tak teriak-teriak. Namun dibuktikan dengan kerja nyata. No banyak bicara, yes bergerak.

G-PAS sendiri terbentuk bermula dari kekhawatiran anak muda terhadap sampah dan sungai. Yang mana diketahui, sampah kian menggila ‘berenang’ bebas tanpa hambatan di Sungai Sangatta. Satu-satunya sungai yang selama ini menjadi sumber kehidupan manusia di ‘Negeri Singa’. Kota buaya.

Ya, oknum masyarakat kian ‘menggila’. Tanpa malu membuang sampah ke sungai. Rasa malunya mungkin tertutup. Ditutup oleh kemalasan. Mungkin ketidaktahuan. Atau bisa jadi kebodohan.
Mereka tak sadar, selama ini sungai menjadi sumber kehidupan. Untuk mandi, cuci piring, BAB, dan mungkin minum. Mereka juga menikmati hasil sungai. Mencari ikan, udang, kerang, dan lainnya. Terlihat jelas mereka sangat butuh air Sungai Sangatta. Dibuktikan pipa-pipa mini penyedot air tertancap permanen di belakang rumah mereka. Namun terlihat jelas pula, sampah bertumpuk di belakang dan samping rumah mereka. Cukup lucu. Namun menjengkelkan.
Entah berapa lama mereka buang sampah di sungai. Namun yang pasti, apa yang mereka lakukan akan berdampak buruk pada kemudian hari. Kehidupan akan datang. Seperti hadirnya banjir lantaran sungai menjadi dangkal akibat tumpukan sampah, sungai tercemar, ikan mati, dan lainnya.
Berdasarkan kegelisahan tersebut, terbentuklah G-PAS. G-PAS hadir untuk masyarakat. Mengingatkan masyarakat agar kembali tak membuang sampah ke sungai.
Sehari G-PAS terbentuk, pemuda yang semua merupakan dari wartawan tersebut langsung bergerak. Perdana membersihkan Sungai Sangatta. Sampah-sampah dipungut satu persatu. Dari Hulu sampai hilir.
“Kami menggunakan ponton (alat penyeberangan tradisional) untuk memungut sampah di sungai. Mulai pagi hingga datangnya waktu duhur, ” kata Ketua G-PAS Dhedy Al Kutimi didampingi Koordinator Pergerakan G-PAS, Yodik.
Semua lanjut Yodik, bermula dari kesadaran. Murni sosial. Anggaran bersih-bersih Sungai Sangatta dari iuran. Dana pribadi. Baik membeli alat tangkap sampah, plastik, sewa ponton, minum, makan dan lainnya.
“Tetapi kami sangat puas. Karena sudah berbuat. Apalagi, kami dapat membuktikan jika banyak sampah di sungai. Bahkan ada yang nekat mau membuang sampah di saat kami memungut sampah,” jelas Yodik.
Yodik mempersilahkan bagi siapapun yang ingin bergabung dengan G-PAS. Atau mengikuti dan bergabung memungut sampah disungai. Tak perlu lama. Cukup 1 atau 2 jam.
“Pekan depan kami akan membuat terobosan anyar lagi terkait masalah sampah dan sungai. Seterusnya akan kami lakukan,” lanjut Yodik. (akrom)