VIRAL KALTIM, KUTIM– Entah apa yang merasukimu. Ya reff lagu ini yang laik sandarkan kepada perusahaan WTC Kecamatan Karangan. Begitupun yang terlibat di dalamnya.

Ya, bagaimana tidak, sekira 374 lebih karyawan MKC yang ‘diusir’ paksa hingga saat ini masih mengungsi di Aula Kantor Kecamatan Karangan.
Sudah tiga bulan. Tanpa kasur dan bantal nyaman. Dihajar nyamuk dan ditiup dinginnya angin malam. Makannya pun tak normal. Apa adanya. Nyaris krisis pangan. Mereka sudah tak punya uang. Hanya mengandalkan belas kasihan.
Para orang tua tak menjadi soal. Namun lihat anak-anaknya. Masih kecil semua. Bahkan, dipengungsian dikabarkan ada yang melahirkan. Sebanyak lima orang. Sungguh kasihan. Alangkah menderitanya mereka.
Dikabarkan pula, sudah banyak yang diserang penyakit. Diantaranya gatal-gatal. Padahal, mereka hanya menuntut hak. Hak yang diduga ‘dirampas’. Itulah pengaduan karyawan.
Sungguh miris. Menuntut keadilan berujung sengsara. Dihakimi kezaliman. Pemerintah sebenarnya sudah berbuat. Mencari solusi. Namun nampaknya kandas.
Mungkin tugas tak berjalan maksimal. Atau bisa jadi ‘lemah’ di tangan perusahaan. Toh sudah 3 bulan tak ada solusi. Keadaan masih hitam. Nyaris kelam. Di mana nilai-nilai kemanusiaan.
Pengurus DPC SBSI Kutim, pun angkat bicara. Mereka membenarkan semua itu. Bahkan dikisahkan lebih menyakitkan. Mereka berharap agar permasalahan ini bisa segera diselesaikan.
“Perusahaan bilang sudah direalisasikan. Padahal, dari 10 perjanjian bersama (PB), tak satupun yang direalisasikan hingga saat ini. Mereka (karyawan) masih mengungsi,” kata Ketua DPC SBSI Kutim, Bernadus A. Pong bersama pengurus lainnya saat menyambangi Kantor Viral Kaltim.
Yang lebih lucu, saat pertemuan terakhir di Kantor Bupati yang dipimpin Wakil Bupati Kasmidi Bulang, agar segera melakukan pertemuan lanjutan tak terlaksana. Saat itu amanah diembankan kepada Camat Karangan.
“Pertemuan lanjutan tidak ada. Mau sebulan sejak rapat. Kasihan anak-anak, ibu melahirkan, dan lainnya. Mereka ingkari perjanjian yang sudah dibuat. Seharusnya ada peninjauan di lapangan,” kata Stevanus menekankan. (dy)


















