VIRALKALTIM- Presiden BEM Sekolah Tinggi Pertanian, Kutim Shahnizar mengkritik Kampus STIPER. Pasalnya, pelayanan kampus masih tak berfungsi. Seharusnya, masalah kampus tak berdampak pada pelayanan ke mahasiswa yang menuntut ilmu.
“Aktivitas di kampus STIPER Kutim tidak berjalan dengan lancar lantaran persoalan anggaran yang masih menghantui. Alhasil, mahasiswa pun kesulitan untuk melakukan perkuliahan dengan tenaga pengajar yang ogah-ogahan mengajar dan tidak memberikan kepastian,” kata aktivitas HMI ini.
Jika hal ini terus berlanjut, maka beberapa aktivitas mahasiswa seperti Praktek Kerja Lapangan (PKL), Praktikum, Ujian Akhir Semester (UAS) Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) bahkan Wisuda terancam terhambat.
“Kami mengajak mahasiswa untuk menggunakan epistemologi dan memunculkan kemerdekaan individu melihat kualitas pendidikan yang rendah di Indonesia masih menjadi sorotan utama,” katanya.
“Ini bukan sesuatu yang populis, tapi bagaimana kita mempersiapkan generasi muda agar mendapat pendidikan baik dan bisa bersaing secara global dan menyambut ibu kota baru.
Akan tetapi bagaimana mempersiapkan generasi muda dan dapat berdaya saing,” lanjutnya.
Pemerintah harus meninjau kembali tentang perguruan tinggi di Kutim. Para pengajar dan staf wajib mendapatkan hak yang wajar, fasilitas yang memadai, dan pastinya memberikan kenyamanan bagi semua.
“Apabila hal ini tak segera diselesaikan, tentu pertanyaan ini merupakan berita duka untuk dunia pendidikan di Indonesia yang hanya mementingkan sekelompok tertentu dan pendapat semata,” katanya.
“Diam bukan solusi terbaik untuk kita akan tetapi menyuarakan kebenaran itu adalah hakikat dimana kita di katakan mahasiswa intelektual,” sambungnya. (sh/dy)