VIRALKALTIM- Hingga saat ini perkebunan kelapa sawit masih menjadi andalan di Kutim. Hampir semua kecamatan warganya menanam sawit.
Masalahnya, tak hanya menggunakan perkebunan khusus, namun tak sedikit yang mengorbankan lahan pertanian. Lahan pertanian semakin berkurang.
Baik untuk padi, maupun palawija. Khawatir, jika hal ini tak dihentikan maka akan berdampak pada pertanian Kutim. Akibatnya, Kutim tak akan mampu mencapai tujuan yakni swasembada pangan.
Menanggapi hal itu, Jubaidah, Plt, Kabid Tanaman Pangan dan Holtikultura, Dinas Pertanian Kutim tak dapat berbuat banyak. Pasalnya, hal itu merupakan hak masing-masing individu.
“Kelapa sawit memang menjanjikan. Kami juga tidak bisa paksa kelompok tani untuk pertahankan pertanian tersebut. Itu urusan mereka,” katanya.
Namun kata dia, setahunya ada aturan akan hal itu. Lahan pertanian tak boleh dialihkan ke perkebunan. Hal ini tak lain agar dua hal ini sama-sama beriringan produksinya. Baik pertanian maupun perkebunan.
“Bisa berdampak juga. Kalau dialihkan, maka hanya segelintir saja yang tanam padi. Kita himbau lahan pertanian dipertahankan. Jangan sampai alih fungsi. Apalagi sekarang ada aturan. Lahan pertanian harus dipertahankan,” katanya.
Ia berharap agar para petani tetap fokus bertani. Pun begitu anak muda. Bertani merupakan salah satu potensi yang menjanjikan. Tak hanya untuk orang tua, akan tetapi anak muda. Apalagi, di Kutim banyak yang merupakan lulusan pertanian.
“Jika kita tekuni dan fokus, saya yakin hasilnya pun akan maksimal. Karena untuk pertanian tak butuh lama untuk menghasilkan. Contoh padi, sayur, dan lainnya,” katanya. (dy)