VIRAL KALTIM, KUTIM– Nama petarung sejati melekat di diri Mahyunadi. Tidak diketahui pasti latar belakang gelar petarung sejati tersebut. Mungkin dari pengikut sejatinya.
Pastinya, mantan Ketua DPRD Kutim tersebut selalu hoki dalam setiap kesempatan. Khususnya dalam dunia politik.
Mungkin ini salah satu sebab titel petarung sejati dipercayakan kepadanya. Namun, gelar tersebut terancam hilang. Jika, pada Pilkada 2020 ini dirinya kembali gagal mencalonkan diri menjadi Calon Bupati Kutim.
Ya, diketahui jika sebelumnya Mahyunadi pernah mencalonkan diri menjadi Calon Bupati Kutim. Musuh terberat pada saat itu ialah pasangan Ismunandar-Kasmidi Bulang, Ardiansyah Sulaiman -Alfian Aswad, dan Norbaiti-Ordiansyah. Sedangkan Mahyunadi dikabarkan berpasangan dengan Agil Suwarno.
Ditengah jalan, Mahyunadi mundur. Banyak faktor. Paling mencolok masalah tak ada restu dari orang tuanya. Lantaran, dirinya harus mundur menjadi Ketua DPRD Kutim.
Dari pandangan media, saat itu merupakan momen emas bagi Mahyunadi. Peluangnya cukup besar. Massa mendukung. Apalagi, dirinya masih menggenggam erat ketua DPD Partai Golkar. Ditambah, PDIP memberikan restu murni kepada dirinya. Cukup menguasai kursi.
Tetapi tuhan berkehendak lain. Dirinya mundur dan fokus memimpin Ketua DPRD Kutim hingga selesai. Mahyunadi pun kembali menguji keberuntungan. Ia mencalonkan diri menjadi Caleg Provinsi. Lagi-lagi berhasil. Bahkan digadang-gadang menjadi Calon terkuat Ketua DPRD Kaltim.
Namun mimpinya gagal. Makmur HPK terpilih. Tetapi tak disangka-sangka, dirinya deklarasi maju pada Pilbup 2020 di Kutim. Ia mendaftar ke PDIP dan Demokrat. Entah serius atau tidak, faktanya demikian. Tentu saja publik menunggu keseriusannya.
Jika tidak, maka nama taruhannya. Apalagi, Mahyunadi sendiri dengan tegas di depan pendukungnya dan media mengaminkan. Jika dirinya kembali gagal, nama nama sang petarung sejati di cabut. Dirinya meminta pendukung dan siapapun untuk tak mengelar dirinya sebagai petarung sejati.
“Kalau tidak jadi maju, cabut nama saya sebagai petarung,” tegas Mahyunadi.
Nampaknya pernyataan ini serius. Namun dengan catatan, lagi-lagi jika dirinya mendapatkan kursi untuk maju. Jika tidak, maka cukup mustahil untuk maju. “Kalau PDIP dukung tidak ada mundur. Meskipun dipecat di DPRD provinsi,” katanya.
Meski Luka, Darah Saya Masih Kuning
Ada yang menarik perhatian saat Mahyunadi menyampaikan orasi usai mengembalikan berkas di PDIP. Katanya, meskipun luka, darahnya masih berwarna kuning.
Kata ini terlontar saat dirinya mengungkapkan kenapa daftar di PDIP padahal ia merupakan kader Golkar. Banyak spekulasi atas pernyataan tersebut. Cukup menimbulkan tanda tanya.
Apakah maksudnya Mahyunadi kecewa dengan Golkar sehingga menyebut luka. Atau kata ‘luka’ bermakna darah. Darah berwarna merah. Yang dapat ditafsirkan jika darah berwarna merah merupakan warna dari PDIP. Sehingga dapat diartikan secara jelas meskipun memilih merah, namun darahnya masih kuning. “Biar luka, kuning juga darah saya,” kata Mahyunadi.
Apapun itu, Mahyunadi merupakan salah satu putra terbaik di Kutim. Jika benar maju, maka dirinya berpotensi berhadapan dengan Ismunadar, Kasmidi Bulang, Ardiansyah, H. Kinsu. (dy)