VIRALKALTIM- Anggota DPRD Kutim Jimmi ikut mengomentari permasalahan banjir di Kutim. Katanya, terjadinya banjir lantaran adanya sedimentasi Sungai Sangatta. Hal itulah salah satu menyebabkan tingkat kedalaman berkurang. Itulah yang disinyalir menjadi alasan utama terjadinya banjir.
Baca Juga: Arang Jau Dukung FMPB Atasi Banjir Kutim
“Dulu Sangatta itu jalur utama sungai. Di kilometer 1 dulunya pelabuhan Pertamina. Kapal tugboat dan ponton besar yang memuat material Pertamina sandarnya di antara Masabang dan pasar. Dulu airnya jernih tidak seperti sekarang ini,” cerita Jimmy
Pada tahun 1982, kata dia, sudah terjadi banjir dan itu disebabkan perambahan hutan secara besar-besaran. “Seingat saya pada tahun 1990-2000 pernah terjadi banjir tapi tidak sebesar banjir sekarang ini, artinya dalam sejarah itu, tidak bisa kita pungkiri banjir itu terjadi akibat perilaku manusia dikarenakan terjadinya industrialisasi dan diversifikasi menjadi salah satu penyebab banjir itu terjadi,” ujar Jimmy.
Dulu, sambung dia, meskipun curah hujan tinggi dan terjadi banjir, airnya jernih. Tapi banjir sekarang ini kadar lumpurnya sangat tinggi. “Ya kalau mengusut penyebab banjir, ya tinggal mencari dari mana sumber lumpur tersebut,” tutur Jimmy.
Dia menambahkan, semua bisa melihat bahwa ada kegiatan-kegiatan industri perkebunan. Jika diperhitungkan dari debit air yang mengalir, bersumber dari sekitar kurang lebih 2 ribu hektare tanah gundul. Itulah yang menyebabkan debit air sebesar ini.
“Nah di situ kita bisa lihat, bisa usut perkebunan mana yang memiliki lahan seperti itu. Kita gabung saja industri perkebunan dan pertambangan sepanjang bentaran sungai ini, kegiatan industrialisasi mana yang melakukan penggunaan hutan itu,” tegas Jimmy.
Artinya, lanjut dia, harus menjadi kewajiban perusahaan, entah diperintahkan pemerintah atau tidak. Perusahaan harus memiliki kesadaran untuk memperbaiki pengelolaan menajemen lingkungan.
“Karena kita melihat akar permasalahannya dari situ. Kalau kita melihat, tidak mungkin petani membuka lahan sampai ratusan hektare, sementara industri perkebunan sawit yang ada di Kutim sekitar setengah juta hektare,” sebutnya.
Dia berharap pemerintah melakukan langkah konkret terkait penanganan korban dan penanggulangan banjir Sangatta. Jimmy pun berharap masyarakat berdoa agar pemerintah diberikan petunjuk, agar pemangku kebijakan bisa melakukan tanggung jawabnya lebih baik. (adv/Dy/intren)