VIRAL KALTIM, KUTIM – Pembangunan menjadi hal yang mutlak harus dilakukan oleh H Mahyunadi SE MSi dan H Lulu Kinsu saat menjabat sebagai Bupati dan Wakil Bupati Kutai Timur (Kutim). Tidak hanya pembangunan infrastruktur dan ekonomi, pembangunan sumber daya manusia (SDM) juga mendesak untuk dilakukan.
Rendahnya neraca pendidikan di Kutim menjadi penghalang membangun SDM berkualitas. Bahkan, neraca pendidikan di Kutim adalah yang paling rendah di Kaltim.
Pada tahun 2019, realisasi anggaran pendidikan di Kutim hanya 16,35 persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Tentu hal itu bertentangan dengan apa yang sudah diamanatkan oleh Undang-undang Dasar (UUD) 1945 dan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Dalam rangka meningkatkan kualitas SDM yang cerdas, sehat, berbudi pekerti luhur, dan berdaya saing, Mahyunadi-Kinsu akan membenahi semuanya. Ada tiga sektor utama dalam menciptakan SDM unggul di Kutim. Yakni pendidikan, kesehatan, dan budi pekerti.
“Pendidikan, kesehatan, dan budi pekerti adalah modal utama untuk melahirkan SDM unggul. Cerdas saja tidak cukup. Sehat saja tidak cukup. Ketiga sektor itu harus dibangun bersama-sama. SDM Kutim harus cerdas, sehat, dan berbudi pekerti. Sehingga menjadi SDM unggul yang memiliki daya saing,” tegas Mahyunadi.
1. Pendidikan
Alokasi anggaran pendidikan pada 2019 hanya 16,35 persen dari APBD Kutim. Akibatnya, banyak gedung sekolah yang rusak, guru honorer tidak sejahtera, dan munculnya angka putus sekolah. Hal ini harus disikapi.
Mahyunadi-Kinsu memastikan alokasi anggaran 20 persen di bidang pendidikan. Dana itu disiapkan untuk bantuan perlengkapan siswa, pemberian beasiswa, pendidikan nonformal, peningkatan kualitas dan kesejahteraan guru serta pendirian dan pengembangan balai latihan kerja.
“Kalau dikatakan pendidikan di Kutim gratis, apanya yang gratis? Buku, tas, sampai topi masih dibebankan kepada orang tua. Ini yang harus kita ubah. Insya Allah, Mahyunadi-Kinsu akan menggratiskan yang namanya buku, seragam, sampai topi sekolah. Biar anak-anak fokus belajar, sementara orang tua fokus mencari nafkah. Karena pendidikan sudah ditanggung pemerintah,” tegas Mahyunadi.
Begitu juga dengan pemberian beasiswa. Mahyunadi-Kinsu memastikan bahwa penyaluran beasiswa tepat sasaran. Baik untuk beasiswa prestasi maupun masyarakat tidak mampu. Sampai ke jenjang perguruan tinggi.
“Saya banyak menerima keluhan dari warga saat kunjungan, mereka tidak mampu menyekolahkan anaknya ke perguruan tinggi karena terkendala biaya. Ini yang membuat saya miris. Kalau anggaran pendidikan 20 persen dimanfaatkan dengan baik, anak-anak kita bisa kuliah,” tegasnya.
Begitu juga dengan kesejahteraan guru yang dirasa kurang. Menurut Mahyunadi, guru adalah garda terdepan dalam mencerdaskan generasi masa depan Kutim. Sudah seharusnya diberi perhatian khusus. Baik guru negeri, swasta, maupun honorer.
“Jangan sampai guru dihadapkan pada persoalan finansial. Tunjangan yang menjadi haknya, harus segera diberikan. Jangan ditahan. Saya dan H Kinsu bisa menjadi calon bupati dan wakil bupati, juga karena campur tangan guru. Saya tegaskan, di era kepemimpinan Mahyunadi-Kinsu, guru harus sejahtera. Tugas mereka mengajar. Mendidik anak-anak kita. Jangan sampai guru susah. Berbagai kebijakan akan kami keluarkan untuk kesejahteraan guru. Peningkatan kualitas, kesejahteraan, hingga tunjangan akan kita siapkan,” jelas Mahyunadi.
2. Kesehatan
Fasilitas kesehatan di Kutim, terutama di daerah pedalaman belum memadai. Saat ini, rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya masih terfokus pada daerah kota saja. Sehingga, ketika ada masyarakat di daerah pelosok yang butuh penanganan kesehatan, harus menempuh perjalanan jauh ke kota. Bahkan di Kecamatan Sandaran, pasien darurat harus dikirim ke Kabupaten Berau.
“Mahyunadi-Kinsu akan merealisasikan pembangunan rumah sakit pratama, pembangunan rumah dokter, peningkatan kualitas sarana, prasarana dan pelayanan kesehatan, bantuan pengobatan bagi masyarakat kurang mampu serta bantuan pemenuhan gizi ibu hamil dan balita. Kita bangun rumah sakit dan fasilitas kesehatan di beberapa titik, yang bisa dijangkau oleh masyarakat. Pengadaan ambulans juga penting untuk evakuasi darurat,” tegas Mahyunadi.
Menurutnya, pembangunan rumah sakit dan fasilitas kesehatan sangat penting untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Kutim. “Keberadaan rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya tidak hanya sekadar untuk menangani orang sakit. Melainkan juga untuk menjaga kesehatan, meningkatkan gizi bagi ibu hamil dan balita. Agar anak-anak kita juga sehat,” kata Mahyunadi.
3. Budi Pekerti
Selain kesehatan, budi pekerti juga menjadi prioritas utama Mahyunadi-Kinsu. Peningkatan dan pemerataan kualitas pemuka agama dan rumah ibadah harus dilakukan. Karena mereka adalah garda terdepan dalam pembentukan akhlak generasi penerus Kutim.
“Insya Allah jika Mahyunadi-Kinsu memimpin Kutim, tidak hanya rumah ibadah yang diperbaiki. Kualitas hidup pemuka agama juga dibenahi. Salah satunya dengan pemberian insentif bulanan untuk menumbuhkan semangat mereka. Mulai dari pemuka agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, hingga Kong Hu Cu. Semuanya. Cerdas dan sehat saja tidak cukup. Harus juga memiliki budi pekerti yang luhur,” tutup Mahyunadi.
Dengan dukungan dari koalisi partai politik (parpol) besar yang terdiri dari Partai Golongan Karya (Golkar), Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan, Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Nasional Demokrat (Nasdem), serta Partai Amanat Nasional (PAN), semakin memudahkan Mahyunadi-Kinsu untuk membangun Kutim.
Apalagi total dukungan mencapai 23 kursi.
Di samping itu, enam dari delapan anggota DPR RI Daerah Pemilihan (Dapil) Kaltim berada dalam gerbong Mahyunadi-Kinsu. Ini semakin mempermudah lobi-lobi pasangan ini ke pusat untuk menuntaskan berbagai proyek strategis nasional yang ada di Kutim. Di tingkat provinsi, partai pengusung Mahyunadi-Kinsu adalah yang terbesar. Bahkan, Gubernur Kaltim Isran Noor adalah ketua Partai Nasdem Kaltim, partai yang mengusung pasangan ini.
Belum lagi dukungan dari partai pendukung seperti Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Partai Gelora, dan Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura). Sekadar diketahui, Wakil Gubernur Kaltim Hadi Mulyadi adalah ketua Gelora Kaltim.
Membangun Kutim ke depan tidaklah mudah. Di tengah meningkatnya angka kemiskinan, banyaknya infrastruktur jalan yang rusak, kualitas pendidikan yang harus ditingkatkan, fasilitas kesehatan yang belum merata, hingga kesejahteraan masyarakat harus diselesaikan. Jika salah memilih pemimpin pada 9 Desember mendatang, harapan untuk menikmati program-program tersebut di atas akan sirna.
Oleh karena itu, dibutuhkan pemimpin yang memiliki kualitas, pengalaman, dan paham dengan kondisi masyarakat. Kehadiran masyarakat dalam rangka membawa Kutim untuk perubahan sangat dibutuhkan. Syaratnya adalah, pada tanggal 9 Desember mendatang, coblos nomor satu, Mahyunadi-Kinsu. (Media Center)