VIRAL KALTIM, KUTIM– #tangkap pembakar lahan dan hutan tengah viral di masyarakat. Mungkin meraka mulai bosan. Marah dan kesal.
Ya, meskipun sudah dihimbau berulang-ulang, namun masih saja ditemukan oknum warga yang tak bertanggungjawab membakar lahan dan hutan.
Padahal, dampaknya cukup besar. Dapat membuat sesak napas hingga kematian. Terparah jika dialami oleh anak-anak. Seharusnya, budaya buruk membakar hutan dan lahan tak lagi dilakukan. Apalagi, peristiwa ini sudah terjadi pada 2015 lalu.
Masyarakat idealnya belajar pada peristiwa lima tahun silam. Pada saat itu, sudah banyak yang menjadi korban. Penyakit ISPA menyerang. Tak sedikit yang mengungsi. Tentu saja peristiwa membahayakan tersebut tak sepatutnya terulang kembali pada 2019 ini.
Peristiwa itu bisa saja terjadi jika tak ditangani dengan serius. Pasalnya, pada tahun ini dipastikan kemarau menyerang Kutim. Hal ini sudah di ramalkan oleh BMKG.
Faktor penyebab kekeringan itu adalah akibat fenomena El Nino. El Nino merupakan fenomena memanasnya suhu muka laut di Samudera Pasifik bagian tengah hingga timur. Dampak dari El Nino yang terjadi di sejumlah daerah Indonesia adalah kondisi kering dan berkurangnya curah hujan.
Akan tetapi, kekeringan yang diprediksi tahun ini tak terjadi seperti pada 2015 silam. Pada 2015 lalu, El Nino bergerak dari lemah hingga kuat sehingga membuat musim kemarau panjang. Sementara tahun ini, fenomena El Nino terindikasi dalam kategori lemah hingga tujuh bulan ke depan.
Nampaknya, kemarau sedang ini dimanfaatkan orang yang tak bertanggungjawab. Mereka membakar hutan dan lahan. Sudah banyak terjadi. Di Kalteng, Kalbar, dan Kaltim. Kutim sendiri mulai sakit.
Mulai banyak ditemukan kabut asap yang tak bertuan. Meskipun belum menyelimuti Kutim. Tetapi dampaknya sudah mulai dirasakan masyarakat. Masyarakat mulai teriak.
Mereka meminta aparat bertindak tegas. Tak ada toleransi. Sebab, diyakini semua masyarakat mengetahui larangan dan dampak tersebut. Memahami konsekuensi yang akan diterima jika nekat membakar lahan dan hutan.
“Sosialisasi sudah dilaksanakan. Namun, faktanya masih saja ada yang nekat bakar hutan dan lahan. Caranya biar jera tangkap saja,” kata Emi warga Sangatta Selatan.
Petugas BPBD pun wajib sigap. Memantau semua potensi kebakaran. Jangan sampai masyarakat banyak menjadi korban.
“Intinya, semua wajib bergerak. Bergerak menangkap pembakar lahan. Laporkan. Jangan membiarkan mereka bebas membakar dan mengorbankan orang banyak,” sambung Rahmat. (dy)