VIRAL KALTIM- Tak banyak masyarakat yang tau kenapa desa tersebut bernama Pengadan. Salah satu tokoh setempat Aripin bin Salman (60) menceritakan pada masa itu terdapat dua daerah yang berpenghuni. Ya masih masa berbau penjajahan. Ialah Kampung bernama Muara Bulan (Desa Baay)dan saat ini Desa Pengadaan.
Kawasan Muara Bulan, mayoritas dihuni oleh masyarakat Basap. Sedangkan Pengadan mayoritas Kutai dan Banjar. Kala itu, masyarakat Muara Bulan berbelanja barang di Pengadan. Mereka berbondong-bondong belanja untuk kebutuhan hidup.
Baca juga: Sejarah Nama Sangkima Berbau Mahluk Halus
“Jadi kalau kebutuhan masyarakat Muara Bulan habis, mereka berbelanja di Pengadan. Dalam bahasa basap, Habis itu artinya Penga. Nah kalau sudah Penga, mereka berbelanja ke toko Adan. Adan ini merupakan warga di Pengadan. Gabungan antara Penga dan Adan inilah sehingga bernama Pengadan,” jelas Aripin.
Baca Juga : Ini Sejarah Sangatta Sesungguhnya
Kenapa ia mengetahui hal itu, sebab, Adan merupakan nenek dari Aripin. Adan menikah dengan Kakek Aripin. Adan seorang perempuan. Adan menikah dengan ayah Salman. Salman merupakan orang tua Aripin.
“Dulu belum ada nama Pengadan. Namun pastinya, kenapa bernama Pengadan, karena gabungan kata antara Penga dan Adan. Itulah proses terbentuknya nama Pengadan,” katanya.
Untuk diketahui, Desa Pengadan. Desa Pengadan terletak di pedalaman Kecamatan Karangan, Kutim. Memiliki Kode Kemendagri 64.08.16.2003 dengan luas sekira 333,36 KM dan jumlah penduduk 2559 Jiwa.
Asal usul desa ini awalnya dibangun oleh orang-orang asli Kutim yang kebanyakan berasal dari Kutai dan Banjar. Kebanyakan dimulai pada awal masa penjajahan jepang karena takut dengan kekejaman jepang pada masa itu hingga melarikan diri ke pelosok daerah seperti Pengadan.
Desa ini berdampingan dengan pemukiman suku Basap yang lebih memilih untuk mengembangkan pemukiman di hulu sungai. Walaupun berbeda suku tetapi rasa kekeluargaan sangat kental dan hidup secara berdampingan.
Mata pencaharian mereka awalnya rata-rata adalah pekebun dan adapula yang bertani dan berdagang. Karena lahan pertanian yang sangat sedikit disebabkan oleh kondisi lahan dan sumber air yang sangat minim. Begitu pun dengan harga barang-barang sembako dan lainnya sangat mahal yang diakibatkan akses jalan yang sangat susah karena belum diaspal dan bergunung-gunung.
Jika hari hujan maka jarak tempuh ke desa Pengadan memakan waktu 2 hari. Pada tahun 1970-an pernah berdiri perusahan kayu yang sangat besar yang bernama PTS (PT. Sangkulirang) yang merupakan anak perusahaan joint venture antara Yayasan Angkatan laut dan pengusaha kayu nasional dengan para pemimpin perusahaan kebayakan adalah tenaga asing dan para purnawirawan Angkatan Laut dibawah naungan PT.Barito Pasific Timber Group.
Sampai-sampai masa itu dinamakan masa jaya masyarakat Pengadan.Lapangan terbang saja dibangun oleh perusahaan itu. Pada masa itulah para pendatang terutama suku Jawa dan Suku suku dari Sulawesi ( terutama Bugis dan Toraja ) berdatangan ke desa Pengadan untuk mencari penghidupan yang lebih layak.
Perusahaan ini kolaps pada tahun 1998 dikarenakan produksi mereka berupa jenis kayu yang dibutuhkan telah habis. Belum lagi masalah reboisasi yang gagal sehingga izin HPH mereka tidak diperpanjang lagi. Perusahaan itupun berhenti dan masyarakat mulai merintis lagi kebunnya untuk menyambung hidup.
Desa Pengadan memiliki potensi wisata berupa gua – gua di pegunungan karst Pengadan dan sumber mata air panas yang tersebar di daerah Ampenas. (Dhedy/P2K Stekom)