VIRALKALTIM- Apa yang dilakukan masyarakat Kutim perlu diapresiasi. Pasalnya, banyak diantara mereka yang peduli terhadap lingkungan. Ialah Forum Masyarakat Peduli Banjir (FMPB).
Baca Juga: Kesbanpol Bentuk FKDM Kutim
Keberadaan forum ini baru saja terbentuk. Diketuai oleh Franky Kosasi dan Sekretaris Mickel Rotikan. Dalam forum ini semua dilibatkan. Baik unsur pemerintah, RT, Media, Tokoh Lingkungan, DPRD, dan pihak lainnya.
Kehadiran forum ini bermula dari kegelisahan bersama. Yang mana diketahui, masyarakat Kutim cukup trauma atas musib banjir yang melanda Sangatta. Terakhir ialah di Bengalon, Muara Bengkal, Busang, dan kawasan sekitar.
Sangatta akhir-akhir ini cukup mudah mengalami banjir. Baik besar maupun sedang. Dampaknya sangat merugikan semua pihak. Tak hanya masyarakat pun pemerintah. Atas hal itu forum ini terbentuk.
Ketua FMPB Kutim, Franky Kosasi bersama Mickel Rotikan dan Pemuda Peduli Lingkungan (P2L) Usman mengatakan pihaknya akan bertemu dengan pemerintah untuk memberikan rekomendasi penanganan banjir baik pra maupun akan menghadapi banjir.
“Untuk pra bencana banjir, kami mengusulkan agar pemerintah memperhatikan sungai. Sungai saat ini dangkal. Hutan gundul. Untuk meminimalisir banjir maka sungai wajib dinormalisasi,” katanya.
Ia sadar, normalisasi membutuhkan anggaran yang cukup besar. Apalagi saat ini, Kutim tengah berjuang masalah anggaran. Namun kata dia, pemerintah tak sendiri. Akan tetapi semua pihak mendukung langkah positif yang dilakukan pemerintah.
“Kita bisa manfaatkan perusahaan. Kan banyak perusahaan di Kutim. Kita tidak usah minta uang, tapi pinjam alat saja untuk keruk sungai. Kita buat tanggul-tanggul dibibir sungai. Gali dan bersihkan sungai,” katanya.
Cara lainnya ialah memelihara drainase, kanal, dan lainnya. Untuk jangka panjangnya ialah menambah kanal anyar. Hingga air benar-benar mengalir ke laut. Termasuk pemeliharaan folder.
“Saya yakin jika hal ini dilakukan maka akan meminimalisir banjir. Pun masyarakat tidak was-was. Kami sangat mendukung pemerintah akan hal ini. Maka ini yang kami rekomendasikan,” katanya.
Sedangkan untuk menghadapi banjir, ia juga mengusulkan agar ada konsep persiapan tenda untuk dapur umum utama. Maupun dapur lainnya. Termasuk perahu karet. Semua wajib disediakan.
“Bahkan jika bisa perahu itu harus ada di beberapa lokasi terdampak. Kasihan warga saat banjir kerja masing-masing. Jangan sampai kembali terjadi dan makan korban. Baik rumah rusak, perabot, kendaraan, bahkan meninggal. Belum lagi ancaman hewan buas,” katanya. (adv/Dy)