VIRALKALTIM– Masih tingginya angka prevalensi atau ratio stunting di Kutai Timur menjadi pekerjaan rumah tersendiri yang harus diselesaikan. Sebagai “ex officio” Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS), Wakil Bupati Kutai Timur, Kasmidi Bulang menyatakan bahwa semua potensi akan dioptimalkan dalam mengentaskan stunting di Kutim.
“Stunting adalah kekurangan gizi pada bayi di 1000 hari pertama kehidupan yang berlangsung lama dan menyebabkan terhambatnya perkembangan otak dan tumbuh kembang anak.
Karena mengalami kekurangan gizi menahun, bayi stunting tumbuh lebih pendek dari standar tinggi balita seumurnya,”ujar Kasmidi usai menghadiri rapat paripurna tentang Rekomendasi DPRD Kutim terhadap Laporan Keterangan Pertanggungjawaban(LKPJ) Bupati.

Dia mengatakan, mengapa stunting sangat perlu dientaskan, karena menyangkut kualitas SDM kita di masa mendatang. Anak-anak yang mengidap stunting karena mengganggu potensi sumber daya manusia dan berhubungan dengan tingkat kesehatan, bahkan kematian anak.
“Alhamdulillah melalui kajian tim kita (TPPS), kita tidak lagi di posisi bawah untuk di Kaltim. Secara sporadis semua SKPD dan dinas terkait telah bekerja secara optimal bahkan melakukan penyuluhan hingga ke sekolah. Mengapa kita tinggi sebelumnya, ini terkait dengan data. Setelah kita melakukan validasi data dan setor ke pusat ternyata angka stunting kita menurun,”terangnya.
Dia menambahkan, instansi vertikal seperti Kodim 0909 Kutim sudah bekerja sama dengan pihak swasta melalui program CSR menyasar wilayah yang paling tinggi angka stuntingnya.
“Teknisnya ada relawan yang dibentuk untuk “jemput bola” mendata, melakukan penyuluhan, dan penimbangan badan di Posyandu. Mengapa sebelumnya Kutim masih tinggi, karena persentase bayi yang ditimbang sedikit. Inilah yang dilakukan para relawan melakukan penyuluhan dan pendekatan ke orang tua yang punya bayi agar memiliki kesadaran betapa pentingnya asupan gizi seimbang dan bervariasi untuk masa depan anaknya, “ujar Kasmidi.
Menurut hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan RI, prevalensi balita stunting di Kutim mencapai 24,7 persen masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata ratio di Kaltim mencapai 23,9 persen pada 2022. Kutim menempati peringkat ke-4 tertinggi di Kaltim.
Berikut prevalensi balita stunting di Kaltim berdasarkan SSGI kabupaten/kota pada 2022, Kabupaten Kutai Kartanegara 27,1 persen,Kota Samarinda 25,3 persen, Paser: 24,9,Kutai Timur: 24,7 persen, Kutai Barat: 23,1 persen,Penajam Paser Utara 21,8 persen, Berau 21,6 persen
Kota Bontang: 21persen, Balikpapan,19,6 persen dan Kabupaten Mahakam Hulu: 14,8 persen.(adv/hms)