VIRALKALTIM– Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (BP3A) Kutim tengah berupaya agar semua sekolah di Kutim dapat ramah anak.
Semua sekolah diharapkan dapat merealisasikan standar tersebut. Pasalnya, di sekolah tak hanya memberikan pembelajaran, pendidikan, melainkan juga keamanan bagi anak-anak.
“Jadi semua harus ramah terhadap anak. Sekolah yang ramah anak. Seperti lokasi tak ada tanaman berduri, kursi dan meja yang sesuai, benda-benda harus standar, WC yang pas, dan lainnya,” kata Plt Kepala BP3A Kutim, Doktor Sulastin.
Diketahui, Sekolah Ramah Anak (SRA) bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang aman, sehat, dan menyenangkan bagi anak sekolah. Penerapan SRA ini tidak hanya mengandalkan peran dari pihak guru dan sekolah saja, melainkan juga dari siswa, orang tua, serta masyarakat.
Pengertian SRA Berdasarkan Panduan Sekolah Ramah Anak (2015) yang dibuat oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, definisi konsep sekolah ramah anak adalah bentuk pendidikan formal, nonformal, serta informal.
Di mana sekolah memiliki sifat aman, bersih, peduli, dan berbudaya lingkungan hidup, demi menjamin, memenuhi, serta melindungi hak anak serta perlindungan anak sekolah dari segala bentuk diskriminasi dan kekerasan di bidang pendidikan.
Selain melindungi, menjamin, serta memenuhi hak anak, sekolah ramah anak juga turut mendukung partisipasi anak, khususnya dalam hal perencanaan, kebijakan, pembelajaran, pengawasan, serta mekanisme pengaduan yang berkaitan dengan pemenuhan hak dan perlindungannya di sekolah dan dunia pendidikan.
“Ciri-ciri SRA diantaranya adanya perlakukan adil bagi murid laki-laki dan perempuan, proses pembelajaran yang baik sehingga anak merasa nyaman, Proses pembelajaran didukung media ajar, dan lainya,” jelas Sulastin.
Sementara itu, Ketua DPRD Kutim, Joni memberikan apresiasi dan dukungan atas hal ini. Kata dia, sudah seharusnya semua sekolah menerapkan SRA.
“Kami sangat mendukung hal ini. Semoga saja dan besar harapan kita agar segera terealisasi. Paling tidak ada beberapa sekolah sebagai percontohan,” kayanya. (ADV/Dy)