VIRALKALTIM– Harga bahan pokok saat ini fluktuasi. Semakin banyak permintaan maka harga akan naik. Pihaknya juga telah mengantisipasi melalui kerja sama dengan Asosiasi Pasar di Sangatta.
“Memang konsumsi saat ini lebih banyak dari pada hari biasanya. Seperti bahan pokok kebutuhan sehari-hari (beras dan telur). Tapi, naiknya tidak signifikan. Apalagi, tidak terlalu dipermasalahkan oleh masyarakat. Karena masyarakat di sini (Kutim), yang penting stok barang itu tersedia,” ujar Kadisperindag Kutim, M. Zaini.
Kendati demikian, yang dikhawatirkan harga murah barang tidak ada. Hal tersebut akan menjadi masalah serius. Dia mencontohnya saat minyak goreng langka, berapapun harganya pasti dibeli.

“Tapi, ketika mau beli barang tidak ada. Apalagi, Kutim masih serba impor dari luar,” ungkapnya.
Memang, kata dia, ada program dari Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan (DTPHP) Kutim memiliki program menanam cabai di lahan 200 hektare.
“Cuma, cabai ini kan proses produksinya tiga bulan. Kami tidak tahu bagaimana perkembangannya sekarang. Tapi, kami berharap sebelum Lebaran sudah panen,” harapnya.
Selain itu, keberadaan daging segar juga sulit di pasaran saat ini. Pasalnya, adanya penyakit mulut dan kuku (PMK) membuat sapi ternak dari luar tidak boleh masuk Kutim. Tentu berdampak pada harga per kilogramnya yang saat ini Rp 170 ribu.
“Sebenarnya, kami memiliki stok daging beku. Bahkan, tahun lalu sempat didatangkan satu ton. Hanya, masyarakat banyak tidak suka. Kebanyakan memilih yang segar. Padahal kalau itu digunakan, Kutim tidak akan krisis daging,” paparnya.
Kenaikan harga juga terjadi pada beras, telur, dan cabai. Kini, beras premium Rp 16 ribu dan beras medium Rp 14 ribu per kilogramnya. Terjadi kenaikan harga hingga Rp 2 ribu. Sedangkan bawang putih naik dari Rp 31 ribu menjadi Rp 36 ribu per kilogram.
“Ada juga yang harganya turun. Seperti bawang merah dari Rp 43 ribu menjadi Rp 40 ribu per kilogram. Kedelai juga turun, dari Rp 20 ribu menjadi Rp 16 ribu per kilogram,” bebernya.
Dia menilai, harga sayuran seperti kentang dan kol di Sulawesi sangat murah. Namun, ketika tiba di Kaltim khususnya Kutim, harganya akan naik. Tak heran, sekarang biaya transportasi cukup besar, dampak dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Tidak itu saja, dia juga pernah melihat sebuah kapal yang bersandar di Balikpapan. Membawa barang dari Jawa, kemudian langsung didistribusikan ke distributor besar yang ada di daerah-daerah.
“Tentu memakan biaya transportasi. Apalagi ke Kutim, daerahnya cukup jauh jika ditempuh melalui jalur darat,” tuturnya.
Dia pun menganggap, keberadaan Pelabuhan Kenyamukan sangat penting. Sehingga, lebih cepat diselesaikan akan membawa keuntungan bagi kabupaten ini. Kutim pun secara otomatis tidak lagi bergantung distribusi dari daerah lain di Kaltim.
“Keberadaan Pelabuhan Kenyamukan sangat penting terhadap harga barang. Karena tidak terlalu terpengaruh dengan proses transportasi,” katanya. (ADV)