MATAHARI baru saja menampakkan wajahnya tatkala seorang laki-laki yang mulai bermandi peluh sedang memberikan pupuk pada pohon-pohon jambu air di kebunnya. Pelan-pelan ia membongkar bahan-bahan yang dibawanya, pupuk organik untuk tanaman yang hampir setiap hari ditengoknya.
“Ibarat istri kedua saja kebun saya ini,” selorohnya diiringi senyuman lebar. Candanya yang mencerminkan kecintaannya pada aktivitas berkebun dan bertani yang digelutinya sejak muda.
Nor Ipansyah, nama pria yang usianya sudah lebih dari setengah abad ini. Meskipun dia pernah memegang beberapa posisi sosial yang penting seperti Kepala Desa Cipta Graha (2010-2016) di Kaubun, Kutai Timur, atau penyuluh Kantor Urusan Agama (KUA), kecintaannya pada dunia pertanian menjadi daya magnet yang lebih besar.
Turun ke kebun, bergelut tanah dan pupuk kandang, bermandi keringat karena terik matahari, menjadi santapan sehari-hari ayah dari 2 orang putri ini. Semua dilakoninya dengan sukacita. Namun dalam kesukacitaan itu, ada sebuah alasan yang sekuat kecintaanya pada dunia berkebun dan bersawah.
“Saya risau melihat banyaknya lahan tidur,” katanya sembari melemparkan pandangan ke kejauhan dimana tampak lahan terhampar yang sedikit dikerjakan. Menurut Ipansyah, demikian ia biasa dipanggil, terdapat beberapa faktor yang mengakibatkan banyaknya lahan tidur di wilayah sekitarnya. Diantaranya ialah faktor akses jalan yang tentu akan berimplikasi pada komponen biaya transportasi yang besar. Ini juga berpengaruh pada besaran biaya operasional untuk bertani.
“Faktor SDM petani juga berkontribusi,” tambah Ipansyah. “Itulah sebabnya saya getol mengajak warga masyarakat untuk mau turun mengolah lahannya kembali. Lahan yang diolah akan memberikan manfaat bagi kita, kebutuhan pangan dapat dipenuhi dari kebun sendiri,” katanya.
Untuk mengedukasi sesama petani, Ipansyah terlibat aktif di Gapoktan Cipta Karya. Ia tidak hanya memberikan ceramah seperti perannya yang banyak diundang sebagai penceramah agama, melainkan juga turun tangan memberikan contoh langsung kepada petani lainnya.
“Tentu tidak mudah,” ujarnya diikuti gelak tawa. “Karena setiap orang memiliki karakter, pengetahuan, dan pengalamannya masing-masing. Yang saya coba sentuh ialah pola pikirnya. Bahwa apa yang dilakukan saat ini akan memberikan hasil positif dalam jangka waktu yang panjang. Kita harus memberikan contoh berupa praktek baik agar orang lain terdorong untuk mengikuti,” lanjutnya.
Ipansyah berharap agar pemerintah dapat memberikan perhatian lebih serius kepada petani. Tidak hanya pada dukungan penyediaan bibit, pupuk, serta sarana pertanian lainnya. Terlebih-lebih lagi perihal penguatan SDM petani yang perlu menjadi titik berat.
“Program pendampingan kepada petani penting untuk dilakukan,” tegas penyuka soto Banjar ini. Pria yang bercita-cita menjadi petani buah yang sukses ini lantas mencontohkan program pendampingan yang dilakukan oleh sektor swasta terhadap petani, serta berkolaborasi dengan beberapa pemangku kepentingan lainnya,” katanya.
Pada 25 September 2024 lalu, Ipansyah dan kelompok taninya bekerja sama dengan UPT Penyuluhan, Pertanian, Peternakan, dan Perkebunan Kecamatan Kaubun, Pemerintah Desa Cipta Graha, Pemerintah Kecamatan Kaubun, dan PT Indexim Coalindo menginisiasi penanaman pohon di kawasan kampung lama Desa Cipta Graha. Beberapa varietas yang ditanam ialah durian musang king, durian bawor, durian monthong, durian duri hitam, lai mahakam, alpukat mentega, alpukat miki, dan sawo manila. Kegiatan penanaman 1.000 bibit pohon ini merupakan bagian dari implementasi Program Pangan untuk Penghijauan yang dilaksanakan oleh PT Indexim Coalindo.
“Penanaman ini tidak hanya simbolis, tetapi juga menyemangati dan memberikan contoh bagi para petani untuk melakukan aksi nyata pada lahan-lahan tidur yang ada di desa kami,” ujarnya bersemangat saat ditemui di sela-sela kegiatan penanaman tersebut.
Seorang Nor Ipansyah memiliki impian mulia untuk membangunkan lahan-lahan tidur di desanya. Didorong keyakinan kuat bahwa pertanian yang mandiri akan memperkuat ketahanan pangan keluarga dan masyarakat. Semoga makin banyak Ipansyah-Ipansyah lain yang akan muncul sebagai pahlawan ketahanan pangan masyarakat. (*)