TRI AGUSTIN KUSUMA NINGRUM. Nama ini sudah tak asing di kalangan guru. Mungkin masyarakat Kutim. Ya, dia seorang guru berprestasi. Berkualitas. Tak hanya guru pengajar, pendidik, namun juga sebagai orang tua teladan bagi siswa.
Tri Agustin, merupakan Plt Kepala Sekolah SDN 02 Sangatta Utara dan satu-satunya guru sekolah dasar PNS asal Kutim yang berprestasi di tingkat nasional. Ia mengharumkan dunia pendidikan. Membuat bangga Kutim. Khususnya di kalangan para pendidik.
Selain sebagai guru handal, ternyata Tri Agustin merupakan Asesor. Asesor adalah seseorang yang memiliki kualifikasi untuk melaksanakan asesmen atau penilaian, dalam rangka menilai mutu dan sistem lisensi Lembaga Sertifikasi Profesi.
Untuk menjadi seorang asesor tidak lah mudah. Harus memiliki kemampuan melakukan asesmen yang meliputi metodologi asesmen, kode etik dalam asesmen dan proses hasil dari asesmen. Manjadi asesor dalam hal teknologi informasi maka seseorang harus memilik kemampuan teknis dari teknologi informasi.
Ada pula asesor program sekolah penggerak (PSP). Jumlahnya pun sangat terbatas. Sekarang di Indonesia hanya terdapat 340 asesor PSP untuk seluruh tingkatan pendidikan. Asesor PSP berkewenangan menyaring calon kepala sekolah yang dapat dilakukan secara daring. Meliputi penilaian esai, simulasi mengajar, wawancara dan instrumen seleksi lain yang ditetapkan.
Se-Kaltim, hanya terdapat delapan asesor. Empat asesor program guru penggerak (PGP) sedangkan asesor PSP hanya dua. Salah satu asesor PSP merupakan guru yang berasal dari Kutim. Ialah Tri Agustin..
Sekarang dia mengajar di kelas tinggi, yakni kelas lima dan enam. Selama ini dia diberi kesempatan yang luas untuk mengikuti setiap lomba yang diadakan kementerian. Menurutnya, tahapan menjadi asesor luar biasa sulit. Sebab, salah satu syaratnya harus guru prestasi (gupres) tingkat nasional.
Dia bersyukur, pada 2017 terpilih sebagai gupres tingkat nasional. Bahkan, dia pernah mendapat penghargaan dari mantan Gubernur Kaltim, Awang Faroek Ishak dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) kala itu, Muhadjir Effendy.
“Itu dasarnya. Kemudian mengikuti tahapan seleksi asesor. Tahapan itu dimulai Oktober 2020 dan selesai Mei 2021. Salah satu tugas asesor adalah melakukan penilaian-penilaian pada asesi atau orang yang ditargetkan,” jelasnya.
Selain itu, pada 2018 dia juga memperoleh gupres untuk Kaltim. Pada tahun yang sama, buku-buku yang disusunnya masuk ke dalam buku yang hak ciptanya dibeli Kemdikbud, yakni Jelajah Arsitektur Lamin Dayak Kenyah. Dia sangat terkesan. Sebagai orang yang biasanya menulis sebuah penelitian. Dia harus bersusah payah untuk menyelesaikan buku tersebut dalam setahun. Sekarang dapat diakses dan didownload di Google.
“Ketika karya saya masuk 40 karya seni Indonesia. Tapi, ternyata direvisi karena ada perbaikan dari segi bahasa dan alur cerita. Perbaikan itu memakan waktu 10 bulan, sampai akhirnya layak terbit. Akhirnya dibeli lah hak ciptanya oleh Kemendikbud,” ujarnya.
Wanita yang sudah menjadi guru sejak tahun 2000 itu, juga kerap menyerahkan artikel daring kepada Kemendikbud. Termasuk menulis secara pribadi. Sekarang ada delapan buku yang dia tulis. Dia juga pernah menjadi verifikator soal di Puspendik Kemendikbud pada 2018.
Pada 2019, dia juga pernah belajar di Cina. Mengenai system education training program di University of Technology. Sedangkan dari 2015 sampai sekarang dirinya sebagai instruktur nasional.
“Berbekal itu, saya memberanikan diri untuk mendaftar sebagai asesor. Mulai dari tahapan pemberkasan, menulis esai dan tahapan wawancara. Sampai akhirnya lolos sebagai asesor. Padahal waktu itu ada 8.126 peserta se-Indonesia yang mendaftar dan tersaring hanya 450. Kemudian tahapan terakhir mengikuti seleksi asesor PSP pada Mei,” ungkapnya.
Setelah tahapan terakhir tersebut rampung. Tri mendapatkan sertifikasi asesor. Dia diwajibkan melaksanakan tugas, yakni memberikan penilaian atau verifikasi kelayakan dari kepala sekolah. Termasuk pelatihan ahli asesor se-Indonesia.
“Bergantung saya kebagian berapa, kan gitu. Kalau dalam tahapan seleksi, setiap asesor punya slot dan jadwal. Baru-baru ini, saya mendapat bagian menyeleksi 41 kepala sekolah se-Indonesia,” terangnya.
Dia memiliki target kepala sekolah dan pelatih ahli, untuk menyaring menyaring kandidat-kandidat sekolah penggerak. Apalagi PSP gencar dilaksanakan Mendikbud Nadiem Makarim, untuk percepatan kemajuan sektor pendidikan dalam kurun waktu satu sampai tiga tahun. Bahkan, pada 2021, dia menjadi satu-satu guru asal Kutim yang dipanggil untuk mengikut proses uji publik.
“Sudah banyak yang saya nilai (se-Indonesia). Kami menggunakan sistem daring. Hasilnya akan diplenokan kembali. Apakah kepala sekolah itu benar-benar layak diberikan tanggung jawab menyandang PSP,” katanya.
Tetapi, kata dia, bagi seorang guru pandai saja tidak cukup. Guru atau kepala sekolah harus memiliki harus memiliki 10 kompetensi yang semuanya saling menunjang. Misalnya building partnership serta coaching and mentoring.
“Intinya, guru atau kepala sekolah harus mampu menggerakkan. Baik muridnya maupun sesama guru. Harus punya inisiatif untuk melakukan terobosan-terobosan yang membuat keluar dari zona nyamannya. Itu yang saya lakukan selama ini,” jelasnya.
PSP memiliki manfaat tersendiri. Terutama terhadap BOS kinerja dan pendampingan. Termasuk digitalisasi sekolah. Itu yang digagas kementerian dan wajib untuk disambut. Sehingga perlu untuk menyiapkan diri.
“Yang harus dipahami untuk meraih prestasi. Setiap manusia punya mission enterprise. Nah, misi yang dimiliki itu apa. Secara pribadi, saya ingin bermanfaat dan menginspirasi orang banyak. Setidaknya saya ingin memberikan contoh baik kepada anak saya. Itu dulu,” tuturnya.
Kemudian resilience atau kemampuan untuk bangkit dan pulih. Bagaimana memiliki daya lenting ketika jatuh. Tidak peduli berapa kali jatuh, tapi hitung berapa kali harus bangkit. Hal yang paling berkesan baginya, saat gupres 2017. Dia mewakili Kaltim dan tidak menyangka mampu sampai sesi nasional.
“Hanya tiga orang yang dapat hadiah payung. Saya nangis, untuk apa payung itu. Saya kecewa dan mau marah. Tapi saya berpikir kembali, bukan itu yang saya mau raih. Kalau mau menyerah, sebenarnya mau menyerah. Tapi saya punya tetap berpikir positif. Kalau sudah berbuat lebih, maka Allah akan memberi lebih. Ternyata pada 2018, saya masuk dalam 10 besar yang diberangkatkan ke luar negeri,” paparnya.
Selain itu, dia juga pernah menulis jurnal dan lolos simposium ilmiah GTK Nasional 2016. Dia menulis tentang penerapan metode edutainment program guru pembelajar yang sekarang menjadi guru penggerak. Dimulai dengan trik untuk meningkatkan minat orang dewasa dalam belajar andragogi.
“Sebenarnya kami menulis buku muatan lokal (mulok). Kerja sama dengan Dinas Pendidikan Kutai timur. Bukunya sudah selesai. Tapi kurang tahu sejauh mana dan kenapa belum didistribusikan kepada setiap sekolah. Saya kurang tahu. Tapi bukunya sudah selesai,” ucapnya.
Buku tersebut berkaitan dengan budaya lokal. Di antaranya gasing, lego dan tari jepen. Sudah lengkap sebagai bahan pembelajaran SD, SMP dan SMA.
“Ada semua. Tapi kurang tahu mengapa tidak dilanjutkan,” tutup wanita yang juga pernah mendapatkan penghargaan Satya Lencana Karya Satya itu. (*)