VIRALKALTIM– Pemerintah China dilaporkan membuat Al-Quran versinya sendiri. Hal ini merupakan bagian dari rencana lima tahun pemerintah Beijing untuk “mensinisasi” alias akulturasi atau asimilasi Islam di seluruh negeri.
Mengutip Deutsche Welle (DW), UU khusus sudah dibuat sejak 2019. Beijing menekankan bahwa penting untuk memastikan Islam “kompatibel dengan sosialisme”.
Dalam pertemuan pemerintah September 2020, Presiden China Xi Jinping juga dilaporkan menegaskan kembali perlunya memastikan “perkembangan agama yang sehat”. Aturan ini juga berdampak pada penghancuran beberapa masjid.
“Kita harus melakukan pekerjaan dengan baik di bidang ideologi dan melaksanakan proyek pengayaan budaya Xinjiang,” kata Xi dalam sebuah artikel yang diterbitkan oleh kantor berita Xinhua yang dikelola pemerintah China dikutip Kamis (21/9/2023).
Hal sama juga ditegaskan sejumlah politisi negeri itu. Pada September 2022, mantan ketua Konferensi Konsultatif Politik Rakyat China, Wang Yang, mengatakan kepada para pemimpin Asosiasi Islam China bahwa mereka harus terus mempromosikan “Sinisisasi Islam”. Mereka juga diminta agar tidak boleh “ambigu dalam pendirian politik mereka”.
Meski begitu, langkah ini juga mendapatkan penolakan keras dari kelompok Islam Hui. Ini merupakan kelompok Muslim terbesar di negara itu.
Bentrokan antara polisi dan warga Hui bahkan terjadi pada Mei lalu, saat otoritas berupaya untuk untuk menghancurkan masjid Najiaying di provinsi Yunnan. Puluhan polisi dengan perisai anti huru-hara dan pentungan mendorong sekelompok warga setempat yang marah dan melemparkan benda-benda ke arah mereka di luar masjid Najiaying di kota Nagu.
Sayangnya, laporan itu mengatakan video terkait peristiwa itu dihapus dari platform media sosial China. Pemerintah setempat mengeluarkan pemberitahuan pada tanggal 28 Mei, memerintahkan orang-orang yang terlibat dalam bentrokan untuk “segera menghentikan semua tindakan ilegal dan kriminal.
“Pihak berwenang masih mendesak siapa pun yang terlibat dalam bentrokan tersebut untuk menyerahkan diri sambil bersumpah untuk merobohkan beberapa masjid,” kata sejumlah aktivis Hui Muslim mengatakan kepada DW.
“Penduduk setempat masih dengan tegas menolak upaya pemerintah untuk menghancurkan bangunan penting masjid, dan pemerintah setempat belum menarik polisi yang dikerahkan untuk membantu menghalau bentrokan yang terjadi pekan lalu,” tambah Ma Ju, seorang tokoh Hui yang kini tinggal di Amerika Serikat (AS).
“Pemerintah China memulainya dengan menghancurkan tempat-tempat keagamaan di mana umat Islam menjalankan keyakinan mereka dan kemudian memaksa kami untuk berasimilasi dengan norma-norma agama yang mereka tetapkan,” kata seorang aktivis lagi bernama Ma, yang saat ini tinggal di Malaysia.
Sementara itu, dosen sejarah dan politik di Universitas Plymouth di Inggris, Hannah Theaker, mengatakan bahwa sejauh ini beberapa masjid di China telah dihancurkan. Bangunan suci itu digabungkan sebagai bagian dari kebijakan untuk mengurangi jumlah masjid secara keseluruhan.
“Langkah-langkah ini dibarengi dengan peningkatan pengawasan yang seringkali sangat mengganggu terhadap komunitas masjid dan komunitas non-Han, terutama migran,” katanya kepada DW.(CNBC Indonesia)