VIRALKALTIM- Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) masih menghantui di beberapa daerah. Termasuk Kutim. Penyakit ini sudah menyebar di beberapa daerah di Kaltim. Diantaranya Bontang dan Berau.
Tak ingin kecolongan, Dinas Pertanian dan Peternakan (Distan) Kutim melakukan langkah cepat. Selain melakukan sosialisasi secara berkala, pihaknya juga melakukan vaksinasi.
“Jadi kami melakukan vaksinasi kepada hewan termasuk sapi. Total target kita sebanyak 10 ribu dosis. Saat ini sudah mencapai 7 ribu dosis. Karena kalau terjangkit, kita rugi. Makanya kita rutin sosialisasi,” katanya.
Untuk diketahui, menurut Ni Made Ristiani, S.Pt., M.Pt. Penyakit mulut dan kuku (PMK) adalah penyakit infeksi virus yang bersifat akut dan sangat menular. Penyakit ini menyerang semua hewan berkuku belah/genap, seperti sapi, kerbau, babi, kambing, domba termasuk juga hewan liar seperti gajah, rusa dan sebagainya.
Virus dapat bertahan lama di lingkungan, dan bertahan hidup di tulang, kelenjar, susu serta produk susu. Masa inkubasi 1-14 hari, virus awet dalam pendinginan dan terinaktivasi oleh temperature > 500 dan terinaktivasi pada pH < 6,0 & pH > 9,0.
Penyakit ini ditandai dengan adanya pembentukan vesikel atau lepuh dan erosi di sekitar mulut, lidah, gusi, nostril, puting, dan di kulit sekitar kuku, pincang dan bahkan kuku bisa terlepas, hipersalivasi, hewan lebih sering berbaring; pada ternak potong terjadi penurunan bobot badan dan pada ternak perah terjadi penurunan produksi susu yang drastis.
Kerugian dari dampak penyakit ini bukan hanya dirasakan oleh peternak, namun juga dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Potensi kerugian ekonomi yang ditimbulkan oleh PMK ini tidak hanya pada peternak yang mengalami penurunan produktivitas hingga kehilangan hasil, akan tetapi kerugian secara nasional.
Kerugian ekonomi bagi kegiatan usaha peternak terutama disebabkan oleh kehilangan produktivitas karena penurunan produksi susu (25% per tahun), penurunan tingkat pertumbuhan sapi potong (10% – 20%), kehilangan tenaga kerja (60% – 70%), penurunan fertilitas (10%) dan perlambatan kebuntingan, kematian anak (20% – 40%), dan pemusnahan ternak yang terinfeksi secara kronis.
Mengingat besarnya potensi kerugian ekonomi yang dapat ditimbulkan oleh merebaknya PMK ini, maka sangat perlu upaya edukasi kepada masyarakat tentang upaya pencegahan dan penanganannya. Pencegahan dapat dilakukan dengan cara biosekuriti dan medis.
Pencegahan dengan cara biosekuriti :
Perlindungan pada zona bebas dengan membatasi gerakan hewan, pengawasan lalu lintas dan pelaksanaan surveilans
Diupayakan pemotongan pada hewan terinfeksi, hewan baru sembuh, dan hewan-hewan yang kontak dengan agen PMK. Desinfeksi asset dan semua material yang terinfeksi (perlengkapan kandang, mobil, baju dll), Musnahkan bangkai, sampah dan semua produk hewan pada area yang terinfeksi dan tindakan karantina. (Dy)