VIRAL KALTIM, KUTIM- Dinas Pendidikan Kutim melakukan jemput bola di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jalan Poros Bengalon Batota.
Mereka menyambangi anak-anak yang putus sekolah. Ada sekira 20 anak-anak. Disdik tak sendiri. Akan tetapi bersama SPNF-SKB Sangatta.
Sekretaris Dinas Pendidikan (Disdik) Kutim Suyatno mewakili Kadisdik Kutim Roma Malau mengaku, bahwa pihaknya memang selalu kolaborasi dengan SPNF-SKB. Sehingga, hal yang sifatnya inovasi demi kemajuan pendidikan, selalu didukung. Aktivitasnya pun tetap jalan sesuai yang diharapkan.






“Jemput bola dan mendata anak putus sekolah memang selalu dilaksanakan. Baik pada tingkatan SD, SMP hingga SMA. Memang kewajiban menjalan amanah Undang-Undang dalam mencerdaskan kehidupan bangsa,” tuturnya.
Atas dasar itu, pihaknya berupaya menjadi orang tua asuh agar anak-anak tidak putus sekolah. Makanya ada program khusus bagi anak kurang mampu dan putus sekolah.
“Dari SD hingga kuliah yang terkendala melanjutkan pendidikan, kami usulkan untuk mengikuti beasiswa Kaltim Tuntas,” bebernya.
Bahkan, pihaknya juga memiliki rancangan beasiswa Kutim Tuntas. Hal tersebut sesuai dengan prioritas Bupati Kutim Ardiansyah Sulaiman dan wakilnya Kasmidi Bulang.
“Sehingga tidak ada lagi anak-anak yang putus sekolah. Itu harapannya. Makanya kami selalu melakukan pendataan dan memperbaiki data. Supaya tidak ada yang terlewatkan,” akunya.
Terkait solusi bagi anak yang minat belajarnya sudah menurun. Meskipun sudah ditawari sekolah tapi tetap tidak berkenan. Dia tidak menampi, pihaknya kerap menjumpai hal tersebut. Namun, selalu diberi edukasi dan menjadi mengevaluasinya.



“Kami mencari permasalahannya. Contohnya di Desa Tepian Langsat, ada anak yang sering diajak orang tuanya berkebun. Membuat jarang turun sekolah. Ketika akan masuk sekolah lagi, dia merasa malu dengan temannya. Ada juga yang takut dimarahi guru karena tidak hadir,” ucapnya.
Pihaknya pun berkoordinasi kepada sekolah yang memiliki murid seperti itu. Kemudian melakukan pendekatan secara persuasif kepada murid dan orangtuanya.
“Ternyata membuahkan hasil yang luar biasa. Kan sudah tahu permasalahannya. Makany solusi mudah ditemukan. Akhirnya anak dan orangtuanya sadar pentingnya pendidikan. Lagi pula anak itu sendiri yang akan menikmati hasilnya di masa depan,” tutupnya. (adv/dy/yd)