VIRAL KALTIM, KUTIM- Program jemput bola, untuk memastikan anak-anak tetap bersekolah terus dilakukan Pemkab Kutim. Mulai yang tidak bersekolah sama sekali hingga yang putus sekolah tetap difasilitasi agar tetap dapat mengenyam pendidikan.
Satuan Pendidikan Non Formal Sanggar Kegiatan Belajar (SPNF-SKB) Kutim, menerima informasi bahwa di kawasan tempat pembuangan akhir (TPA) Batuta, terdapat 20 anak yang memerlukan pendidikan lanjutan.
Pasalnya, sekarang mereka justru tidak bersekolah. Padahal, di daerah asalnya sempat bersekolah, sebelum menetap di Kutim bersama orang tuanya.
Kepala SPNF-SKB Achmad Junaidi mengatakan, memang program jemput bola sudah sering dilaksanakan. Apalagi bagi anak yang tidak terfasilitasi sekolah terdekat. Sehingga mengharapkan peran SPNF-SKB.
“Supaya proses belajar bisa terlaksana di sana. Nanti pamong belajar dan tutor belajar yang turun ke sana mengajar. Anak-anak akan diikutkan sekolah paket. Makanya kami langsung membawa formulir pendaftarannya,” ujarnya.
Meski pada masa pandemi Covid-19 pemerintah menganjurkan pembelajaran tatap muka (PTM) dalam sepekan hanya dua. Pihaknya terpaksa akan melaksanakan proses belajar mengajar sistem dalam jaringan (daring).
“Kami melihat kondisi dan situasi dari masyarakat. Jadwalnya, mengikuti tingkat kesibukan warga yang ingin belajar. Kami flexibel saja,” ungkapnya.
Dia mengaku sudah melakukan jemput bola di seluruh lingkungan RT, di Desa Singa Gembara, Sangatta Utara. Bahkan, sudah berhasil merekrut 200 warga untuk melanjutkan pendidikan melalui paket A, B dan C.
“Kami berupaya memfasilitasi. Agar tidak ada lagi yang putus sekolah. Itu di luar program pendidikan keterampilan dan kewirausahaan,” pungkasnya. (adv/dy)