VIRAL KALTIM, KUTIM – Anak merupakan generasi penerus bangsa yang perlu dibentuk dan dituntun agar menjadi sosok kebanggaan. Di era digital, orang tua dipandang perlu lebih sering berinteraksi dengan anak agar siap menjadi generasi alpha, generasi dengan kemajuan teknologi.
Beranjak dari hal tersebut, Dharma Wanita Persatuan (DWP) bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Kutai Timur, menggelar seminar parenting tentang bagaimana mengelola emosi anak di era digital. Dengan menghadirkan narasumber, DR Farida Wulandari SS M Pd dari Bogor, Jawa Barat.
Dalam hitungan detik per detik, seorang anak bisa menjadi sosok yang berbeda, akibat teknologi. Bukan sebagai sosok yang tersenyum dan lincah, karena rasa bangga akan kemampuan diri. Generasi anak saat ini sudah masuk ke generasi kelima. Yakni, masuk pada generasi alpha yang masuk ke dunia teknologi, detik demi detiknya. Sehingga pola pendampingan pun sangat berbeda dengan generasi sebelumnya.






“Bukan mereka yang menyamakan persepsi dengan kita, tapi, kitalah yang harus masuk ke dalam generasi mereka,” ujar Farida.
Menghadapi generasi Alpha, lanjut Farida, orang tua harus mengubah diri atau bermetamorfosa. Masuk ke dalam bagian dari para generasi Alpha. Pola pikir yang terbuka dengan perkembangan serta transformatig dan inovatif akan mempengaruhi perkembangan anak-anak generasi alpha.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pendidikan Kutim, DR Roma Malau mengatakan seminar parenting sangat diperlukan bagi orang tua, terutama kaum ibu. Karena membentuk karakter anak, utamanya di dalam keluarga. Keluarga tempat paling nyaman untuk anak-anak di rumah.
“Kegiatan ini adalah merupakan untuk pendidikan dasar untuk para ibu-ibu pada umumnya dan khususnya untuk para ibu-ibu yang bekerja sebagai karyawan atau ASN, seyogyanya rumah adalah surga buat keluarga dan buat anak-anak kita,” ujar Roma.
Senada, Ketua DWP Kutim Hj Sri Andayani Irawansyah, mengatakan bahwa usia dini anak merupakan tahap awal untuk mencapai kepribadian yang stabil. Oleh karena itu perkembangan emosi sikap dan perilaku dimasa-masa itu harus mendapatkan perhatian yang maksimal, baik dari sikap dan perilaku untuk perkembangan di masa yang akan datang.
“Mari kita optimalkan perhatian, karena aspek emosi anak ibarat poros kehidupan manusia. Jika emosinya terganggu, maka akan terganggu pula emosi kehidupan lainnya. Perkembangan emosi yang optimal akan berdampak baik bagi anak. Karena anak akan memiliki kecerdasan emosi yang tinggi,” kata Sri Andayani.



Ia berharap, anggota DWP Kutim mengikuti seminar parenting dengan baik, agar memahami dan dapat mempraktekkan bagaimana mengelola emosi anak dengan baik.(dy/adv)