VIRALKALTIM– Tenaga dokter di Kutai Timur ternyata cukup banyak, karena berjumlah 250 orang. Meskipun demikian, tidak terbagi rata, karena sulit dibagi rata ke rumah sakit yang ada di Kutim sendiri. Sebabnya, karena sebagian besar dari dokter itu merupakan dokter swasta.
“Jumlah dokter kita memang 250 orang, tapi karena wilayah kita luas, sehingga tidak terdistribusi degan baik. Selain itu, memang sebagian besar dokter ini dokter swasta, sehingga ribet untuk didistribusikan ke rumah sakit di kecamatan,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kutim Dr Bahrani Hasanal, usai mengikuti rapat penolakan tenaga kesehatan terhadap pembahasan UU Omnibuslaw Kesehatan, di DPRD Kutim.
Disebutkan, kebanyaknya dokter ada di Sangatta. sebab di Sangatta ini banyak rumah sakit swasta.
“Mungkin tiap 100 meter ada rumah sakit . Dokter dari rumah sakit inilah yang jadi anggota IDI tersebut. Belum lagi, banyak dokter di klinik perusahan di tambang, perusahan sawit. Itu semua terhitung sebagai anggota IDI. Jadi kalau dihitung, dari 250 anggota IDI, 100 lebih itu swasta,” jelasnya.
Diakui, karena tidak terdistribusinya tenaga kesehatan itu dengan baik, makanya hingga kini mereka kesulitan mencari tenaga kesehatan untuk ditempatkan di RS Muara bengkal.
“Kami Butuh 141 tenaga, yang didapat, dari hasil penyisiran dari berbagai puskemas yang ada, baru 23 orang. Sementara saat ini tidak dibolehkan merekrut Tenaga Kerja Kontrak Daerah (TK2D). Untuk itu, kami butuh payung hukum mungkin berupa Perbub untuk merekrut tenaga kesehatan untuk RS Muara Bengkal, dengan alasan urgen,” katanya.
Disebutkan, RS Muara Bengkal sendiri rencananya akan dioperasionalkan Oktober mendatang, tepatnya hari ulang tahun Kutim, namun hingga kini tenaga kesehatan belum mencukupi.
Menurut Bahrani, di Kutim tenaga kesehatan terlihat banyak, namun untuk dokter sendiri, masih ada Sembilan bidang yang kurang. Mulai dokter umum, dokter gigi, dokter gizi, kesehatan lingkungan, dan berbagai bidang lainnya. Ini yang kurang di kecamatan-kecamatan.
“yang paling sulit adalah mendatangkan dokter spesialis. Analisa kami, mungkin karena bayarannya tidak bersaing dengan daerah lainya. Karena itu, kita mencari aturan, untuk bisa membayar dokter sebagaimana daerah lain, karena Kutim juga sanggup bayar, sama dengan daerah lain,” katanya. (adv/jn)