VIRAL KALTIM, KUTIM– Siapa bilang Kutim bebas dari cengkraman gempa dan tsunami. Buktinya, Kutim masuk salah satu wilayah yang berpotensi terkena tsunami.
Hal ini terkuak dari sumber berita CNN. Dari 19 lokasi yang masuk wilayah rawan gempa dan tsunami, Sangatta (Kutim) salah satunya.
Bahkan, dari catatan sejarah (sumber Geomagz) sejak tahun 1921 menunjukkan bahwa di Kalimantan khususnya Kutim telah terjadi beberapa kali gempa yang merusak. Ialah gempa bumi Sangkulirang 14 Mei 1921 memiliki intensitas hingga VIII MMI atau gempa bermagnitudo 6,7. Kejadian terekam sekitar pukul 21.09 Wita.
Gempabumi kuat ini diikuti gelombang tsunami yang mengakibatkan kerusakan. Bencana tersebut mengakibatkan rumah penduduk roboh, dan tanah merekah.
Fakta lainnya, Maret 2018 sekira Pukul 05:51:58 Wita Sandaran, Kutim diguncang gempa. Yakni 3.8 Skala Richter (SR).
Sebelumnya, April 2017 sekira Pukul 19.21 wita, Kutim juga digoyang gempa sebanyak dua kali. Menurut laporan, gempa menyasar Sangatta dan kawasan Sangkulirang.
Teranyar, ialah gempabumi dengan kekuatan: 7.7 SR, 27 km Timur Laut Dongggala-Sukteng. Waktu gempa: 28-Sep-18 17:02:44 WIB. Gempa ini menyebabkan tsunami. Dampaknya terasa hingga wilayah Kalimantan Timur seperti Samarinda dan Sangatta.
Khusus Kutim, paling terasa di Sangatta, Sangkulirang, dan Sandaran. Bahkan, Sandaran, Kenyamukan (Sangatta), dan Sangkulirang sebagaimana warga mulai mengungsi. Mereka khawatir terjadi tsunami. Pasalnya, air sudah memasukan kawasan darat.
Khusus Kaltim, kembali merujuk Geomagz, tercatat pada 5 Juni 2015, terjadi gempa di daerah Ranau, Sabah dengan magnitudo 6 SR (Skala Richter) yang mengakibatkan bencana, yaitu korban jiwa sebanyak 19 orang. Kemudian dibarengi longsoran di Gunung Kinibalu dan kerusakan bangunan di Kota Ranau.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada 25 Pebruari 2015 mencatat terjadinya gempa bumi dengan magnitudo 5,7 SR dengan pusat gempa bumi berjarak 413 km timur laut Kota Tarakan, Provinsi Kalimantan Utara.
Adanya beberapa kejadian gempa tersebut setidaknya memberikan hikmah kepada masyarakat Pulau Kalimantan yang bermukim dan beraktivitas di kawasan rawan bencana gempa, bahwa mereka tetap perlu melakukan upaya mitigasi gempa, baik mitigasi
fisik maupun nonfisik.
Upaya mitigasi tersebut harus dilakukan secara terus-menerus yang bertujuan untuk meminimalkan risiko bencana gempa yang mungkin akan terulang di kemudian hari.
Sedikit menjelaskan, Pulau Kalimantan merupakan bagian dari kerak Sunda (Sundaland) dan kerak Sunda ini merupakan bagian dari lempeng benua Eurasia. Menurut Minster dan Jordan (1978 dalam Yeats, 1997), Lempeng Eurasia yang bergerak ke arah tenggara dengan kecepatan sekitar 0,4 cm/tahun bertumbukan dengan Lempeng Indo-Australia yang bergerak ke arah utara dengan kecepatan sekitar 7 cm/ tahun.
Zona tumbukan tersebut terletak di sebelah barat Pulau Sumatra, selatan Pulau Jawa, hingga selatan Bali dan Nusa Tenggara, dan membentuk palung laut yang dikenal sebagai zona subduksi.
Adapun Pulau Kalimantan posisinya terletak jauh dari zona tumbukan tersebut, sehingga relatif stabil secara tektonik. Namun demikian akibat proses tektonik yang terjadi sebelumnya telah mengakibatkan terbentuknya struktur geologi, khususnya sesar.
Morfologi Pulau Kalimantan didominasi oleh perbukitan hingga perbukitan terjal pada bagian tengahnya. Sedangkan dataran terdapat pada daerah sepanjang pantai. Morfologi perbukitan hingga perbukitan terjal tersusun oleh batuan berumur Pra Tersier dan Tersier, sedangkan morfologi dataran tersusun oleh batuan berumur Kuarter.
Sebagian besar Pulau kalimantan tersusun oleh berumur Pra Tersier dan Tersier. Batuan Pra Tersier terdiri – dari kompleks batuan bancuh atau melange, yaitu percampuran batuan beku, sedimen, metamorf dengan massa dasar lempung dan batuan sedimen. Batuan Tersier terdiri – dari batuan sedimen dan batuan gunung api.
Sementara itu batuan Kuarter pada umumnya terdapat di daerah pantai, kanan kiri sungai, dan lembah. Sebagian batuan Pra Tersier dan Tersier tersebut telah mengalami pelapukan.
Endapan Kuarter dan batuan sedimen Pra Tersier dan Tersier yang telah mengalami pelapukan pada umumnya bersifat urai, lepas, belum kompak (unconsolidated), dan lunak. Endapan ini dapat memperkuat efek goncangan atau amplifikasi, sehingga rawan terhadap goncangan gempa.
Struktur geologi Pulau Kalimantan didominasi oleh sesar dan lipatan. Secara umum sesar-sesar di Pulau Kalimantan mempunyai tiga arah, yaitu utara – selatan, barat laut – tenggara, dan barat daya – timur laut. Lipatan yang terdapat pada bagian timur Kalimantan pada umumnya berarah barat daya – timur laut. Pola struktur geologi tersebut terbentuk akibat aktivitas tektonik yang terjadi sebelumnya.
Berdasarkan kompilasi data dari beberapa peneliti (Hamilton, 1979; Moss ?; Simons dkk., 2007; Hutchison, 2007,), diperoleh beberapa nama sesar di Pulau Kalimantan, yaitu Sesar Tinjia di Serawak, Sesar Adang di Kalimantan Barat, Sesar Sangkulirang di Kalimantan Timur, Sesar Paternoster di Selat Makassar.
Disamping itu, juga terdapat penunjaman Borneo di barat laut Sabah, penunjaman Sulu di timur laut Sabah, dan penunjaman Sulawesi Utara di timur Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur. (Supartoyo)
Dari sisi agama, penyebab terjadinya gempa dan tsunami lantaran kehendak ilahi. Allah murka dan sekaligus memberikan ujian kepada hambanya. Semua terjadi karena dosa-dosa anak Adam. Banyaknya pelaku syirik, merebaknya musik, perzinahan, dan semua bentuk kemaksiatan.
Warga Kutim wajib waspada akan hal itu. Semua kejadian menjadi cerminan bagi mereka yang beriman. Murka Allah tak mengenal waktu. Jangan menciderai Kutim dengan semua bentuk kemaksiatan yang hingga membuat Allah murka.
Baik kiranya Kutim berkaca pada Palu. Setelah terjadi bencana dahsyat, pemerintah di sana mewajibkan warganya untuk menghentikan aktivitas dunia saat adzan berkumandang. Terbaru, mereka melarang aktivitas yang berbau maksiat pada saat malam tahun baru. Semua warga diminta untuk mengingat Sang Pencipta. Khusus muslim ialah mengaji, banyak beribadah, dan zikir. (iq)